Meski ada banyak perusahan
besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ekonomi Indonesia tak sepenuhnya
dikendalikan oleh perusahan-perusahan besar yang memiliki pabrik-pabrik besar
serta cakupan usaha yang luas. Menteri Komunikasi dan Informatika, Jhonny G
Plate mengatakan saat ini 60% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dihasilkan dari
sumbangan UMKM Indonesia. Tentu ini merupakan jumlah yang sangat besar dan
terus bertumbuh dari tahun ke tahunya. Namun, saat ini UMKM sedang terpuruk.
Rendahnya daya beli masyarakat dan terbatasnya ruang gerak untuk menjangkau
pelanggan menyebabkan banyak UMKM terpaksa gulung tikar.
Pandemi
Memukul Mundur Para Pengusaha Kecil & Menengah
Rilis data terakhir BPS
yang dikutip melalui data.tempo.co menyebutkan ada kurang lebih 64 juta UMKM
digital dan non digital yang beroperasi di Indonesia. Namun kini akibat pandemi
yang tak jelas akhirnya kapan membuat hampir 50% UMKM gulung tikar. Ketua
Asosiasi UMKM Indonesia, Ikhsan Ingratubun menyatakan, selama pandemi ini ada
kurang lebih 30 juta UMKM yang bangkrut. Sungguh itu angka yang sangat besar
dan tak terhitung berapa uang yang hilang, pekerja yang di-PHK, serta kerugian
lainnya.
Menurunnya aktivitas akibat
adanya pembatasan sosial oleh pemerintah guna menekan laju pertumbuhan kasus
Corona di Indonesia membuat lumpuhnya ekonomi Nusantara. Salah satu daerah yang
paling terpukul adalah Bali. Pulau tujuan wisata dunia ini kehilangan ratusan
ribuan turisnya baik lokal dan mancanegara. Tempat wisata, artshop, toko oleh-oleh,
pasar seni, dan pedagang pernak-pernik mati suri dan banyak yang sudah gulung
tikar. Ada ribuan pekerja pariwisata mulai dari pegawai hotel, restoran, guide,
supir, dan pekerja lainnya yang hingga kini dirumahkan atau di-PHK. Banyak dari
mereka memilih untuk pulang ke kampung dan bercocok tanam di lahan yang masih
mereka atau keluarga mereka miliki.
UMKM
Digital Melesat dan Meroket
Di sisi lain, ada UMKM yang
tumbuh dan perkembangannya sangat baik. Namun pertumbuhan yang baik itu hanya
terjadi pada sepertujuh UMKM Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika,
Jhonny G.Plate menyatakan bahwa hanya 14.9% UMKM digital, dan sisanya belum. Hal ini tentu
menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dan pengusaha. Melakukan
penyesuaian sehingga Indonesia bisa setidaknya memiliki 80 hingga 90% UMKM
digital.
Brodo contohnya, salah satu
merek sepatu ini sukses go
digital dalam mengembangkan usahannya dan mendapatkan jangkauan
konsumen yang luas. Selain Brodo, ada Boboko snack. Usaha camilan makanan
ringan khas Sunda yang berdiri tahun 2016 ini sukses meraup pundi-pundi uang
meski pandemi melanda. Kesuksesan mereka dalam beradaptasi dengan perkembangan
teknologi alias go digital
membantu mereka mendapatkan konsumen baru setiap harinya. Selain itu mereka
mampu survived
dalam situasi pandemi seperti ini.
UMKM
Ramah Digital
Tak jelas kapan pandemi ini
berakhir, UMKM harus berpikir dan menyesuaikan diri dengan teknologi.
Menyesuaikan dengan teknologi tentu bukan hal yang berbanding terbalik dengan
semangat hand-crafted,
ciri khas dari kebanyakan UMKM di Indonesia. Ada sisi-sisi teknologi yang mampu
menunjang pertumbuhan usaha dan menjangkau lebih banyak pasar. Sehingga mampu
membantu meningkatkan penjualan dan tentunya lebih dari sekedar survived di masa pandemi
ini.
Lalu bagaimana cara membuat
usaha menjadi ramah teknologi alias mudah beradaptasi di era digital ini?
Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan oleh pelaku UMKM untuk bisa
mengintegrasikan teknologi dengan segera pada lini usaha mereka. Simak beberapa
tips UMKM Digital di bawah ini yang dirangkum dari beberapa sumber.
“Membuka
diri” pada Media Sosial & Website
Membuat “display” produk yang
menarik secara online baik di Instagram, Tiktok, serta Website akan memudahkan
calon pelanggan menemukan produk . Menampilkan gambar produk dengan menarik,
membuat caption
dan tagline yang
“catchy” serta
mengunakan copywriting
sederhana. Ini akan mampu meningkatkan minat pelanggan dan memperbesar peluang
terjadinya transaksi jual beli. Saat ini media sosial masih dapat digunakan
secara gratis dan sudah banyak orang memanfaatkannya untuk meraup banyak
keuntungan. Sementara, membuat website tentu memerlukan biaya lebih, tapi ini
akan memberi nilai tambah dan kredibilitas pada usaha atau brand tersebut.
Membangun
jaringan untuk menjangkau pasar
Melalui display produk yang
bagus dan benar, media sosial akan membantu mengembangkan jaringan dengan
sendirinya. Konten-konten fresh
perlu dan terus diperbarui sehingga brand
kita tidak tenggelam oleh brand
pesaing. Sehingga brand kita
tetap muncul di halaman teratas beranda media sosial serta peringkat website di
mesin pencari. Dengan semakin banyaknya reach
account ke audiens tentu akan memperbesar peluang transaksi jual
beli dan menghasilkan banyak keuntungan.
Strategi
Affiliate Marketing
Membangun bisnis kemitraan
dengan influencer,
blogger, dan
lain sebagainya membuat kita memiliki affiliate
marketer. Mereka yang akan membantu menjual produk kita tanpa repot
mesti titip barang atau menjadi reseller.
Strategi
Digital Marketing
Terakhir, konsisten dengan
membuat konten rutin di media sosial. Menerapkan Seach Engine Optimization (SEO) pada
website. Membangun jaringan melalui affiliate
marketer akan mampu menambah jangkauan pelanggan. Sehingga mampu
meningkatkan jumlah transaksi yang pada akhinya mampu menghasilkan penjualan
dan keuntungan yang besar. Pastinya dengan produk UMKM yang unggul dan selalu
menjaga kualitas produk.
1 Komentar
Yes
BalasHapus